Pengikut

Senin, 13 Januari 2014

Materi Kimia tentang perhitungan Kimia



Materi Perhitungan Kimia
1. Hukum Gay Lussac
Seorang ahli kimia dari Inggris, Henry Cavendish (1731-1810) melakukan suatu percobaan dengan mereaksikan gas hidrogen dan gas oksigen. Dari hasil percobaan yang dilakukannya, Cavendish mendapatkan kesimpulan bahwa pada reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen selalu diperoleh perbandingan volume gas hidrogen dan gas oksigen = 2 : 1.
Percobaan yang dilakukan Henry Cavendish dilanjutkan oleh Gay-Lussac. Ia melakukan serangkaian percobaan terhadap sejumlah gas yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Hasil percobaan yang dilakukannya tercatat sebagai berikut.
a. 1 liter gas hidrogen bereaksi dengan 1 liter gas klorin menghasilkan 2 liter gas hydrogen klorida.
Perhatikan persamaaan reaksi berikut.
H2(g) + Cl2(g)         2 HCl(g)
1 liter     1 liter           2 liter
b. 2 liter gas hidrogen bereaksi dengan 1 liter gas oksigen menghasilkan 2 liter uap air.
Persamaaan reaksinya adalah:
2 H2(g) + O2(g)         2 H2O(g)
2 liter        1 liter           2 liter
c. 3 liter gas hidrogen bereaksi dengan 1 liter gas nitrogen menghasilkan 2 liter gas amonia.
Perhatikan persamaaan reaksi berikut.
3 H2(g) + N2(g)         2 NH3(g)
3 liter       1 liter           2 liter
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukannya, Gay Lussac menyimpulkan bahwa pada tekanan dan suhu yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Kesimpulan Gay Lussac ini lebih dikenal
dengan Hukum Perbandingan Volume.
2. Hipotesis Avogadro
Gay Lussac menyimpulkan bahwa pada tekanan dan suhu yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana. Ternyata, kesimpulan Gay Lussac tentang hukum perbandingan volume belum dapat diterima sepenuhnya di kalangan kimiawan. Sebab, jika gas–gas pada eksperimen itu dianggap dalam keadaan atom, maka hasil eksperimennya adalah:
        H2(g)               +       Cl2(g)                        2 HCl(g)
1 atom hidrogen + 1 atom klorin            2 atom hidrogen klorida
Jika konsep atom ini diterapkan pada pembentukan uap air, maka hasilnya sebagai berikut.
         H2(g)          +         O2(g)                    H2O(g)
1 atom hidrogen  +         atom oksigen      1 atom air

Konsep setengah atom bertentangan dengan teori Dalton tentang atom, karena tidak ada atom yang separo. Oleh karena itu, pada tahun 1811, Amedeo Avogadro mengemukakan pemikirannya yang dikenal sebagai Hipotesis Avogadro. Avogadro berpendapat bahwa satuan terkecil dari suatu zat tidak harus atom, tetapi dapat berbentuk gabungan atom-atom  (molekul).
Dengan demikian, reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen dapat dijelaskan sebagai berikut.
          H2(g)             +        1/2 O2(g)                               H2O(g)
1 molekul hidrogen +     ½ molekul oksigen                 1 molekul air
Konsep 1/2  molekul dapat dibenarkan, karena bisa jadi ½ molekul hanya berisi 1 atom oksigen. Berdasarkan konsep tersebut, maka Avogadro mengemukakan Hipotesis Avogadro.
Bunyi Hipotesis Avogadro
Pada tekanan dan suhu yang sama, semua gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama.
Berdasarkan Hipotesis Avogadro diketahui bahwa perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien reaksi gas-gas tersebut. Dengan demikian, jika volume salah satu gas diketahui, volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara membandingkan koefisien reaksinya.

3. Mol
Para ahli kimia yang tergabung dalam IUPAC (International Union Pure and Applied Chemistry) sepakat menggunakan satuan yang disebut mol.
Satu mol adalah jumlah partikel yang terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama dengan partikel yang terdapat dalam 12 gram atom C-12.
Banyak atom yang terdapat dalam 12 gram C-12 adalah
partikel yang disebut dengan tetapan Avogadro dan dinyatakan dengan huruf L (huruf awal nama Loschmidt).
1 Mol zat = L partikel = partikel
X = n   partikel

Dalam ketentuan tersebut, partikel dapat berupa atom, molekul, maupun ion. Jumlah partikel suatu zat (x) bergantung pada jumlah mol (n) zat tersebut.




4. Massa Molar
Massa 1 mol zat sering disebut dengan massa molar. Massa molar berkaitan dengan Ar atau Mr dari suatu zat.

Massa molar untuk partikel yang berupa atom = Ar gram mol-1
Massa molar untuk partikel yang berupa molekul = Mr gram mol-1









5. Volume Molar
Hipotesis Avogadro menyebutkan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama,semua gas dengan volume yang sama akan mengandung jumlah partikel yangsama pula. Oleh karena 1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yangsama, maka pada suhu dan tekanan yang sama pula, 1 mol setiap gas mempunyaivolume yang sama. Volume per mol gas disebut volume molar dan dilambangkan Vm.
V = n × Vm
dengan: V = volume gas (liter)
n = jumlah mol (mol)
Vm = volume molar (liter/mol)
(Martin S. Silberberg, 2000)
Volume molar gas bergantung pada suhu dan tekanan. Beberapa keadaan suhu dan tekanan yang biasa dijadikan acuan penentuan volume gas sebagai berikut.

1. Keadaan Standar
Kondisi dengan suhu 0 °C dan tekanan 1 atm disebut keadaan standar dan dinyatakan dengan STP (Standard Temperature and Pressure).
PV = nRT
dengan: P = tekanan (atm)
             V = volume gas (liter)
            n = jumlah mol (mol)
           R = tetapan gas = 0,082 L atm/mol K
           T = 0 °C = 273 K

V =
   =
  = 22,4 liter
Jadi, pada keadaan standar (STP), volume molar (volume 1 mol gas) adalah 22,4 liter/mol.

2. Keadaan Kamar
Kondisi pengukuran gas pada suhu 25 °C dan tekanan 1 atm disebut keadaan kamar dan dinyatakan dengan RTP (Room Temperature and Pressure).
PV = nRT
dengan: P = tekanan (atm)
V = volume gas (liter)
n = jumlah mol (mol)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/mol K
T = 0 °C = 298 K
V =
   =
  = 24,4 liter

Jadi, pada keadaan kamar (RTP), volume molar (volume 1 mol gas) adalah 24,4 liter/mol.

3. Keadaan Tertentu dengan Suhu dan Tekanan yang Diketahui
Volume gas pada suhu dan tekanan yang diketahui dapat dihitung dengan menggunakan persamaan gas yang disebut persamaan gas ideal. Persamaan gas ideal, yaitu PV = nRT, untuk menent ukan volume gas menjadi:
V =
dengan: P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (liter)
n = jumlah mol gas (mol)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/mol K
T = suhu mutlak gas (K = 273 + suhu celcius)

4. Keadaan yang Mengacu pada Keadaan Gas Lain
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas hanya bergantung pada jumlah  molnya. Misalkan gas pertama dengan jumlah mol n1 dan volume V1 dan gas kedua dengan jumlah mol n2 dan volume V2, maka pada suhu dan tekanan yang sama berlaku:

6. Molaritas Larutan
Molaritas (M) adalah salah satu cara menyatakan konsentrasi atau kepekatan larutan. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Satuan molaritas (M) adalah mol/liter atau mmol/mL.

M =

dengan: M = molaritas (mol/liter atau M)
               n = jumlah mol zat terlarut (mol)
              V = volume larutan (liter)

7. Penentuan Rumus Kimia Senyawa
Dalam menentukan rumus empiris zat, perbandingan mol unsur-unsur dalam zat
haruslah merupakan perbandingan paling sederhana.

Contoh soal
Suatu senyawa mengandung 32,4 % natrium; 22,6 % belerang; dan sisanya oksigen
(Ar Na = 23, S = 32, dan O =16). Tentukanlah rumus empiris senyawa tersebut!
Jawab:
Na = 32,4 %
S = 22,6%
O = 100 – (32,4 + 22,6) = 45 %
mol Na : mol S : mol O
1,4 : 0.7 : 2,8
2 : 1 : 4
Jadi, rumus empiris senyawa tersebut ialah Na2SO4

b. Menentukan rumus molekul zat
Rumus molekul merupakan kelipatan dari rumus empirisnya
Mr rumus molekul = n × Mr rumus empiris


Contoh soal
Suatu senyawa organik dengan Mr = 90 tersusun dari 40% karbon; 6,6% hidrogen; dan
sisanya oksigen (Ar C=12; H = 1; O = 16). Tentukan rumus molekul senyawa tersebut!
Jawab:
C = 40%; H= 6,6% ;O= 53,4%
mol C : mol H : mol O
3,3 : 6,6 : 3,3
1 : 2 : 1
Rumus empirisnya ialah CH2O.
n × Mr rumus empiris = Mr rumus molekul
(CH2O) n = 90
30 n = 90
n = 3
Jadi, rumus molekulnya ialah C3H6O3

8. Penentuan Rumus Air Kristal
Air kristal merupakan molekul air yang terjebak di dalam suatu kristal. Kristal merupakan zat padat yang memiliki bentuk teratur. Kristal pada umumnya terbentuk dari proses penguapan atau pemadatan secara perlahan-lahan, contohnya kristal garam. Apabila garam diuapkan airnya, maka akan terjadi kristal garam, dan kemungkinan terdapat kristal air yang terjebak di dalamnya.
Jumlah kristal air dalam suatu kristal dapat kita tentukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. dengan cara memanaskan suatu kristal hingga air kristalnya terlepas, sebelum dipanaskan, Kristal tersebut ditimbang terlebih dahulu kemudian selisihkan beratnya dengan kristal yang sudah mengalami pemanasan. Dari selisih berat tersebut kita dapat menentukan jumlah air kristal.
b. dengan cara menganalisis melalui reaksi kimia
Contoh soal
Suatu hidrat tembaga(II) sulfat dipanaskan, ternyata beratnya berkurang sebanyak 36%.
Tentukan rumus molekul hidrat tersebut! (Ar Cu=63,5; S=32; O=16; H=1)
Jawab:
CuSO4 . xH2O       CuSO4 + x H2O
                                 64%        36%
mol CuSO4 : mol H2O= 1 : x
                      = 1 : x  x = 5
Jadi, rumus hidratnya ialah : CuSO4 . 5H2O.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar